بسم الله الرحمن الرحيم

Memilih PEMIMPIN

Pilih pemimpin lihatlah dari : agamanya, budi pekertinya dan apakah ada niatan terselubung setelah jadi pemimpin (ini yang terpenting..!), ya mbok care sedikitlah dalam memilih, lihat tuntunan Al-Qur'an & Hadist... hati-hati mas/mbak/kang/neng dalam memilih pemimpin karena akan berakibat langsung/tidak langsung pada kehidupan kita didunia maupun di akhirat kelak... Jangan tergoda kenikmatan duniawi yang disodorkan / ditawarkan (iming-iming agar dapat jadi pemimpin) oleh calon pemimpin, Setelah menjadi pemimpin, maka niatan terselubung akan dijalankan , sehingga akan merugikan kita dan anak cucu kelak diakhirat... Keputusan anda dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan Islam adalah merupakan jihad karena membela agama Islam.

Alloh menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Alloh). (QS 2:269)

Manusia diberikan kebebasan selama menjalani hidup didunia dimana kebebasan tersebut akan dimintai pertanggung jawaban nanti di akhirat
Cukuplah Dengan Kematian Itu Suatu Pelajaran (Al Hadist)

Ilmu merupakan perbendaharaan, kuncinya adalah bertanya, karena itu bertanyalah kalian, semoga Alloh melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Sehubungan dengan masalah ini ada empat orang yang diberi pahala, yaitu : orang yang bertanya, orang yang mengajarkan ilmu, orang yang mendengarkan ilmu dan orang yang mencintai ketiganya (HR Abu Na’im melalui Ali K.V)

Sabtu, 10 Januari 2009

ISLAMNYA SEORANG DOKTER NASRANI DERMAWAN

Diriwayatkan, bahwa sebagian ulama sufi suatu ketika pernah keluar bersama kaumnya. Mereka berjumlah empat puluh orang dan telah bermukim selama tiga hari dan selama itu pula tidak pernah menelan sebutir nasi pun.

Ulama sufi itu kemudian berkata kepada sahabat-sahabatnya, "Kaumku, sesungguhnya Allah telah membolehkan mencari perantara kepada sesama hamba Allah. Allah swt. telah berfirman, '... maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. ' (Q.s. Al-Mulk: 15). Sekarang coba perhatikan, mungkin ada orang yang lewat dan dia membawakan sesuatu untuk kita!' Kemudian keluarlah salah seorang fakir dari kaum mereka itu berjalan di pinggiran kota Baghdad. Akan tetapi, dia tidak menjumpai seorang pun yang dapat dimintai sesuatu, bahkan hingga kelaparan dan lelah menghimpitnya.

Untuk mengurangi kelelahannya, ia duduk di teras toko obat milik seorang dokter Nasrani yang pembelinya cukup banyak. Kepada si fakir tersebut dokter itu bertanya, 'Apa yang sedang kamu lakukan?' Si pemuda fakir itu tidak menjelaskan sedikit pun masalah yang sedang dihadapinya, tetapi justru menjulurkan tangannya kepada dokter tersebut. Dokter Nasrani itu lalu meraba tangannya dan berkata, 'Ini adalah suatu penyakit dan aku tahu obatnya. Hai anak muda, pergilah ke pasar dan belikan aku satu kati roti, daging dan buah-buahan yang manis!'

'Sebenarnya tidak hanya aku sendiri yang menderita penyakit semacam ini, masih ada lagi teman-temanku lainnya. Kaum kami yang terdiri empatpuluh orang juga menderita penyakit yang sama,' kata pemuda fakir itu.

'Jika demikian, tolong belikan untukku empat puluh kali lipat!' kata sang dokter kepada pemuda fakir itu. Pemuda itu pun membeli semua bahan makanan sebagaimana pesan dokter tersebut, selanjutnya sang dokter menyerahkan semua bahan makanan kepadanya.

'Bawalah semua itu untuk orang-orang yang kamu sebutkan tadi!' Demikianlah, dengan dibantu beberapa orang, pemuda fakir itu kembali menemui kaumnya yang tinggal di sebuah rumah kecil.

Sedangkan dokter Nasrani itu sendiri segera bangkit untuk membuktikan kebenaran ucapan pemuda fakir tersebut. Sang dokter Nasrani itu berangkat menuju ke tempat kediaman pemuda fakir beserta kaumnya, dan dia pun mengawasi perilaku pemuda itu dari sebuah tempat yang agak terlindung. Dilihatnya bahwa pemuda fakir itu masuk rumah dan meletakkan bahan makanan yang dibawanya, sekejap kemudian berkumpullah ulama sufi bersama orang-orang fakir sahabatnya.

Ketika mereka hendak menikmati makanan tersebut, tiba-tiba ulama sufi itu melarangnya, 'Sukakah kalian memakan makanan milik orang Nasrani yang diberikan kepada kalian tanpa ada suatu imbalan untuknya?' 'lmbalan apakah yang harus kami berikan?' tanya mereka serempak.

'Sebelum kita memakannya, kita harus mendoakannya agar dia diselamatkan dari api neraka,' demikian kata ulama itu. Akhimya mereka pun mendoakan si dokter Nasrani itu dan hal tersebut sempat didengar secara langsung oleh yang bersangkutan.

Melihat sekaligus mendengar perihal kelaparan di antara kaum fakir dan ulama tersebut, mendorong dokter Nasrani itu berkunjung menemui mereka. Maka, dokter itu pun mengetuk pintu rumah mereka, sebentar kemudian terbukalah pintu tersebut. Sang dokter segera masuk dan kemudian memotong keragu-raguannya seraya berkata, 'Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah)'."

Prof. David Benjamin Keldani (mantan Pendeta Katolik Roma Sekte Uniate Chaldean 1895)

Setelah masuk Islam, David Benjamin Keldani mengganti namanya menjadi ' Abdul Ahad Dawud. Dia adalah seorang pendeta Katolik Roma dari sekte Uniate-Khaldean. la lahir pada 1867 di Urmia, Persia; mengenyam pendidikan sejak kecil di kota itu. Dari 1886-89 (tiga tahun) ia menjadi staf pengajar Archbishop of Canterbury's Mission untuk Assyrian (Nestorian) Christians di Urmia.

Pada 1892 ia diutus oleh Kardinal Vaughan ke Roma, di sana ia mempelajari filsafat dan teologi pada Propaganda Fide College, dan pada 1895 dinobatkan sebagai Pendeta. Pad a 1892 Profesor Dawud menulis serangkaian artikel di The Tablet tentang "Assyria, Romawi, dan Canterbury"; dan juga pada Irish Record tentang "Keotentikan Pentateuch." (Lima kitab pertama dari Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan) . la mempunyai beberapa terjemahan Ave maria dalam bahasa berbeda-beda, yang diterbitkan di Illustrated Catholic Missions.

Ketika berada di Konstantinopel, dalam perjalanannya ke Persia pada 1895, ia menulis serangkaian artikel panjang tentang "Gereja-gereja Timur" dalam bahasa Inggris dan Perancis di surat kabar harian yang terbi t di sana dengan nama The Levant Herald. Pada 1895 ia bergabung dengan French Lazarist Mission di Urmia, dan terbit untuk pertama kali dalam sejarah Misi itu sebuah majalah berkala dalam bahasa daerah Syria yang bernama Qala-La-Syrini (Suara Kebenaran).

Pada 1897 ia diutus oleh dua Uskup Besar Uniate-Khaldean dari Urmia dan Salmas untuk mewakili Katolik Timur pada Kongres Ekaristik yang diselenggarakan di Paray-le-Monial, Perancis, di bawah pimpinan Kardinal Perraud-tentu saja ini adalah undangan resmi. Makalah yang dibacakan di Kongres oleh "Bapa Benjamin" disiarkan dalam Tawarikh Kongres Ekaristik tahun itu, yang disebut "Le Pellerin." Dalam makalah ini, Khaldean Arch-Priest (begitu gelar resminya) menyesalkan sistem pendidikan Katolik di kalangan Nestorian, dan meramalkan kemunculan yang sudah dekat dari para pendeta Rusia di Urmia.

Pada 1888 Bapa Benjamin kembali lagi ke Persia. Di kampung halamannya, Digala, sekitar satu mil dari kota, ia membuka sekolah gratis.

Tahun berikutnya ia dikirim oleh otoritas-otoritas Gereja untuk memimpin keuskupan Salmas, di mana konflik yang tajam dan berbau skandal antara Uskup Besar Uniate, Khudabash, dan para Bapa Lazarist yang sudah berlangsung lama telah mengancam terjadinya perpecahan.

Pada hari Tahun Baru 1900, Bapak Benjamin menyampaikan khotbahnya yang terakhir dan patut dikenang di hadapan banyak sekali jemaat, termasuk banyak orang Armenia yang non-Katolik dan lain-lainnya, di dalam Katedral Khorovabad St. George, Salmas. Pokok bahasan sang pengkhotbah adalah "Abad Baru dan Manusia Baru." la mengingatkan kepada fakta bahwa para Misionaris Nestorian, sebelum munculnya Islam, telah mengabarkan ajaran-ajaran Yesus (Kitab Injil) di seluruh Asia; bahwa mereka memiliki banyak lembaga di India (khususnya di Pantai Malabar), di Tartary, Cina, dan Mongolia; dan bahwa mereka menerjemahkan Kitab Injil ke dalam bahasa Turki Uighur dan bahasa-bahasa lainnya; bahwa Misi-misi Katolik, Amerika, dan Anglikan, meskipun mereka telah melakukan sedikit kebaikan untuk bangsa Assyro-Khaldean melalui pendidikan dasar, telah memecah bangsa itu-sudah sedikit-di Persia, Kurdistan, dan Mesopotamia menjadi banyak sekali sekte yang bermusuhan; dan bahwa upaya-upaya mereka ditakdirkan untuk menyebabkan keruntuhan yang terakhir. Konsekuensinya, ia menganjurkan kepada orang-orang pribumi untuk melakukan pengorbanan agar dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri sebagai manusia sejati, dan tidak bergantung pada misi-misi asing, dan sebagainya.

Pada prinsipnya pendeta itu seratus persen benar; tapi ucapan-ucapannya menyinggung kepentingan para Misionaris Tuhan. Khotbah ini segera mendatangkan Delegasi Apostolik, Mgr. Lesne, dari Urmia ke Salmas. la tetap menjadi teman yang terakhir bagi Bapa Benjamin. Mereka berdua kembali ke Urmia.

Sebuah Misi Rusia baru sudah diadakan di Urmia sejak 1899.

Kaum Nestorian dengan antusias memeluk agama Tsar "suci" untuk seluruh Rusia!

Lima misi yang besar dan angkuh (Amerika, Anglikan, Perancis, Jerman, dan Rusia) disertai universitas-universitas mereka, pers yang didukung oleh kalangan agamawan yang kaya, para konsul dan dutabesar, berusaha keras mengajak sekitar seratus ribu orang Assyro-Khaldean untuk pindah dari bid'ah Nestorian ke salah satu dari lima bid'ah itu. Tetapi Misi Rusia segera melampaui Misi-misi lainnya, clan misi inilah yang pada 1915 mendorong atau memaksa bangsa Assyria dari Persia, dan juga suku-suku pegunungan Kurdistan, yang kemudian pindah ke dataran Salmas dan Urmia, untuk mengangkat senjata melawan pemerintah mereka masing-masing. Hasilnya adalah separuh pengikutnya lenyap dalam perang dan sisanya terusir dari kampung halaman mereka.

Pertanyaan besar yang sudah sejak lama berkecamuk dalam benak pendeta ini sekarang mendekati klimaknya: Apakah agama Kristen, dengan banyak sekali bentuk dan wamanya, dan dengan naskah-naskah sucinya yang tidak otentik, palsu, dan menyimpang, adalah Agama Tuhan yang sejati?

Pada musim panas 1900 ia pensiun dan tinggal di vila mungilnya di tengah-tengah kebun anggur dekat air mancur ChaliBoulaghi yang terkenal di Digala, dan di sana selama sebulan ia habiskan waktunya untuk sembahyang dan meditasi, membaca berulang-ulang naskah-naskah suci dalam teks-teks aslinya. Krisis pun berakhir dengan pengunduran resmi yang dikirimkan ke Uskup Agung Uniate, Urmia, dimana ia secara terbuka menjelaskan kepada Mar (Mgr.) Touma Audu mengenai alasan dia melepaskan fungsi-fungsi kependetaannya.

Segala upaya yang dilakukan oleh otoritas-otoritas kependetaan untuk membatalkan keputusannya sia-sia belaka. Tidak ada perselisihan atau permusuhan pribadi antara Bapa Benjamin dan para atasannya; semua itu hanyalah persoalan kesadaran.

Selama beberapa bulan Mr. Dawud-begitulah panggilannya sekarang dipekerjakan di Tibriz sebagai Inspektur di Kantor Pos dan Bea Cukai Persia di bawah para ahli Belgia. Kemudian ia ditugaskan sebagai guru dan penerjemah Putera Mahkota Muhammad ‘Ali Mirza.

Pada 1903 sekali lagi ia mengunjungi Inggris dan di sana bergabung dengan Komunitas Unitarian. Pada 1904 ia dikirim oleh British and Foreign Unitarian Association untuk menangani masalah pendidikan dan penerangan di tengah masyarakat desanya. Dalam perjalanan menuju Persia ia mengunjungi Konstantinopel; dan setelah mengadakan beberapa wawancara dengan Syeikhul Islam Jamaluddin Effendi dan beberapa ulama lainnya, ia memeluk agama Islam. Ia berkata : “Kepindahan saya ke Islam tak lain karena hidayah Alloh Yang Maha Kuasa. Tanpa bimbingan-Nya, semua pengetahuan, penelitian dan usaha usaha lain untuk menemukan kebenaran ini mungkin hanya menemukan kesesatan. Begitu saya mengakui keesaan Mutlak tuhan, maka Nabi Muhammad pun menjadi pola sikap dan perilaku saya”.

Dalam bukunya “Menguak Misteri Muhammad” (diterbitkan oleh PT. SAHARA Intisains) dari terjemahannya “Muhammad in the Bible”, ia mengatakan “Kepalsuan nabi-nabi sejati umat kristiani terbongkar bersama-sama ayat palsu yang dinisbahkan kepada Nabi Daud, Yohanes, Yesus dan sebagainya. Misteri Muhammad pun terkuak lewat Injil yang telah lama disembunyikan”. Buku ini mengajak siapa saja yang mau menggunakan nalarnya bersifat obyektif, bijak dan lapang dada menerima dan tunduk pada kebenaran, dan siap memberikan argumentasi bantahan yang tidak dikuasai fanatisme, subyektifitas dan emosi.